Surplus September Memperkuat Rasa Optimisme Pencapaian Target Ekspor

Surplus September Memperkuat Rasa Optimisme Pencapaian Target Ekspor

Kinerja ekspor nonmigas bulan September 2018 yang mencatatkan surplus sebesar USD1,3 miliar menumbuhkan optimisme pemerintah dalam mencapai target ekspor tahun ini.

Secara kumulatif, ekspor nonmigas Januari-September 2018 mencapai USD122,31 miliar, tumbuh 9,29% dibanding tahun sebelumnya. Meskipun pertumbuhan ekspor nonmigas hingga triwulan III masih di bawah target, pemerintah tetap optimistis ekspor nonmigas akan tumbuh sebesar 11% pada tahun ini.

“Pemerintah optimistis untuk terus mendorong peningkatan ekspor pada tiga bulan terakhir sehingga target ekspor nonmigas tahun ini dapat terlampaui,” ujar Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita dalam siaran pers, Jumat (2/11/2018).

Menurut Mendag, pertumbuhan ekspor nonmigas selama Januari-September 2018 didukung peningkatan ekspor beberapa pasar negara tujuan ekspor. Ekspor Indonesia ke China tumbuh 26,9%, Jepang 18,1%, Taiwan 34,1%, Korea Selatan 18,6%, Vietnam 23,7% dan Bangladesh 19,5%.

“Peningkatan ekspor tersebut tidak hanya menunjukkan pertumbuhan yang signifikan namun juga diprediksi dapat mendukung pencapaian target ekspor nonmigas tahun ini,” imbuh Mendag.

Beberapa komoditas utama ekspor nonmigas yang memberikan kontribusi terbesar terhadap peningkatan ekspor selama Januari—September 2018 antara lain besi dan baja (HS 72), bijih kerak dan abu logam (HS 26), berbagai produk kimia (HS 38), kertas/karton (HS 48), dan bahan bakar mineral (HS 27).

Sementara itu, total impor bulan September 2018 mencapai USD14,60 miliar, turun 13,18% dari Agustus 2018 (MoM) yang mencapai USD16,82 miliar. Namun, masih meningkat 14,25% dibanding September tahun sebelumnya.

Mendag mengungkapkan, penurunan impor bulan September 2018 terjadi pada semua klasifikasi barang impor. Hal ini mengindikasikan penurunan konsumsi domestik. Barang konsumsi yang impornya menurun signifikan antara lain bahan bakar dan pelumas, makanan dan minuman olahan untuk rumah tangga, dan barang konsumsi tidak tahan lama.

Sedangkan untuk bahan baku/penolong, yang impornya turun adalah bahan bakar dan pelumas, bahan baku untuk industri, dan suku cadang dan perlengkapan barang modal.

Comments

Popular posts from this blog

Penurunan Harga Minyak Dunia Membuat Rupiah Menguat

Setelah Dua Bulan Berlalu, Baru 21 Perusahaan Start Up Terdaftar di OJK